0 komentar

Kemunculan Anak Indigo ke Dunia



Sebagian dari kita mengenal bahwa sebagian kecil anak terlahir sebagai indigo. Tapi, benarkah indigo itu ada dan sejak kapan fenomena ini mulai diketahui?
Anak-anak ini disebut anak-anak indigo karena mereka dianggap memiliki aura berwarna nila. Istilah anak indigo berasal dari sebuah buku oleh Nancy Ann Tappe pada tahun 1982, yaitu Understanding Your Life Through Color. Buku lain, The Indigo Children: The New Kids Have Tiba, ditulis oleh Carroll dan Tober yang terbit pad 1998 menyebutkan, diperkirakan sebesar 60% dari orang berusia 14 sampai 25 dan 97% dari anak di bawah 10 adalah “indigo”.
Selain indigo, banyak sebutan lain untuk anak dengan kemampuan lebih ini, diantaranya Star Kids(karena mereka mengaku dari dunia lain), Crystalline Children (karena beberapa orang mengatakan mereka sangat berkembang), dan sebagainya. Tidak satu pun dari klaim ini dapat bertahan sebab fenomena ini tidak dikaji dalam penelitian objektif melalui pengamatan ilmiah.
Menurut College of Metaphysical Studies, banyak dari mereka dikenal dengan bermacam sebutan seperti Indigo Children, Children of the Blue Ray, Rainbow Children, Star Children, Millennium Children, the Crystalline Children. Apapun sebutannya, dari mereka kita mendengar cerita-cerita luar biasa dan bahkan mengejutkan.
Walau demikian, Bryn Mawr College mengungkapkan bahwa salah satu karakteristik yang sangat dikenal pada anak indigo, yakni memiliki hipersensitivitas. Menurut keyakinan New Age, anak-anak ini memiliki tingkat empati yang sangat tinggi, dan secara alami tertarik pada hal-hal tentang misteri, spiritualitas, paranormal, dan okultisme.
Anak-anak ini dianggap mewakili keadaan yang lebih tinggi dalam evolusi manusia, beberapa percaya bahwa mereka memiliki kemampuan seperti paranormal. Sementara yang membedakan anak indigo dengan yang lain dari segi konvensional adalah empati yang meningkat dan kreativitas yang tinggi.
Kritik terhadap fenomena indigo cukup sederhana. Kritikus, seperti psikolog Russell Barkley, mengatakan bahwa gerakan New Age yang mengatakan gerakan munculnya indigo dalam jumlah banyak belum menghasilkan bukti empiris keberadaan anak-anak indigo. Ciri-ciri yang mereka gunakan untuk menggambarkan mereka pun hanya terlihat samar dan tidak jelas.
Kritikan lain adalah bahwa anak-anak ini selaras dengan paranormal. Mungkin, mereka mendapatkan hal ini akibat dari menonton acara televisi dengan penekanan pada sihir, keajaiban, dan ramalan. Mereka mungkin menanggapi apa yang mereka lihat dalam televisi.
Program pendidikan bagi anak indigo telah dijelaskan oleh College of Metaphysical Studies, dimulai dengan berhenti memberikan label indigo pada anak-anak tertentu. Banyak orang telah mencoba untuk memberikan label pada anak-anak dengan sebutan anak indigo dan bangga dengan ini. Padahal, pemberian label akan membuat mereka masuk ke dalam kotak yang dapat membatasi kreativitas dan kemampuan untuk mencapai potensi yang terbesar.
read more
0 komentar

perlu ga anak dikasih HP?





Saat ini, teknologi tidak lagi menjadi monopoli orang dewasa saja. Banyak anak-anak yang menggunakan iPad, Galaxy Tab, dan berbagai gadget canggih lain. Ponsel merupakan sebuah alat komunikasi yang praktis. Bisa dikatakan, saat ini, ponsel telah menjadi sebuah kebutuhan. Namun, apakah seorang anak benar-benar memerlukannya?
Salah satu alasan anak dibelikan alat komunikasi ini adalah demi lancarnya komunikasi antara anak dan orangtua. Ini terjadi apabila orangtua merupakan pekerja yang sibuk dan jarang bertemu dengan anaknya di rumah. Hal ini dapat dipahami karena dengan ritme kerja yang padat, orangtua akan sulit dan jarang bertemu si anak.
Hanya saja, perlu ada beberapa aturan yang ditekankan orangtua kala memutuskan untuk membelikan ponsel, antara lain:
  1. Orangtua perlu menekankan bahwa anak dibelikan ponsel tidak digunakan untuk bergaya, melainkan agar mudah untuk berkomunikasi dengan orangtua.
  2. Memberikan ponsel kepada anak, sama dengan memberi tanggung jawab kepada anak. Sehingga, perlu ada rasa memiliki dan menjaga pada anak.
  3. Sebaiknya, jangan memberikan anak dengan kartu pasca bayar. Selain sulit untuk mengontrol, anak akan belajar untuk mengontrol. Ada baiknya, bila pulsa anak habis, orangtua tidak segera membelikan.
  4. Kendati anak merengek untuk membeli ponsel canggih sebaiknya tidak langsung dituruti. Membekali anak, apalagi bila anak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), dengan ponsel canggih sama saja dengan mengundang tindak kriminal. Sebuah ponsel yang mudah digunakan untuk menelepon dan mengirim pesan singkat sebenarnya sudah cukup.
Yang perlu disadari, orangtua mesti mendidik bagaimana bertanggung jawab dan menghargai sesuatu. Apakah seorang anak perlu dibekali dengan ponsel atau tidak, kembali kepada masing-masing orangtua.
read more
0 komentar

Jangan Manjakan Anak dengan Uang





Sebut saja namanya Arin, dia adalah anak tunggal dari orang tua kaya raya. Dia mempunyai semuanya. Kolam renang, pakaian indah, boneka, hiasan kamar tidur dan masih banyak lagi. Sebuah hadiah terindah di acara ulang tahunnya, mungkin tidak semua anak dapat memilikinya. Jika ribuan anak menginginkan benda kesayangan, maka Ani adalah anak pertama yang memilikinya.
Di sisi lain, ada seorang anak yang memiliki orangtua yang biasa saja. Ayahnya seorang guru di sekolah menengah dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Mereka tinggal dalam sebuah rumah bersama-sama. Mereka tidak pernah mempunyai masalah apapun, walaupun mereka tidak memiliki berton-ton uang berlimpah.
Tidak penting apakah Anda punya uang atau tidak atau bagaimana Anda memutuskan berapa banyak untuk dibelanjakan pada anak-anak Anda? Ini tidak selalu tentang kemampuan, tetapi apa yang benar.
Seringkali orang tua berpikir, bahwa mereka dapat membeli cinta anak-anak mereka atau menaikkan harga diri anak dengan membelikan mereka berbagai macam barang. Pada kenyataannya, ibarat sebuah makanan, orangtua hanya memberikan makanan sampai anak kenyang, namun tidak mempertimbangkan gizi di dalamnya. Benar, harga diri tidak diperoleh melalui rasa kemampuan akan harta, dan kebanyakan adalah bentuk pelarian tanggung jawab.
Secara tidak sadar Anda telah mengajarkan pada anak-anak dengan cara yang salah. Secara tidak langsung Anda juga telah mengajarkan mereka untuk melawan dasar kejujuran, disiplin diri, dan empati.
Ketika anak Anda memiliki rasa akan nilai uang, maka Anda akan kehilangan kesempatan mengajarkan mereka arti kehidupan dewasa kelak. Mereka tidak akan tahu pentingnya berbagai macam hal, misalnya, memberi, mendapatkan, menyimpan, merencanakan, dan mengeluarkan.
Anak hanya akan menjadi seseorang yang tidak dapat melakukan berbagai hal. Merasa frustrasi dalam kesulitan, bahkan untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Bila ingin anak menjadi mandiri, independen, dan percaya akan kemampuan dirinya, maka Anda harus menyadari bahwa segala sesuatu tidak mudah di dapatkan. Biarkan anak mendapatkan apa yang mereka inginkan d dengan kemampuan mereka sendiri, bagaimana mereka menabung uang dan membeli barang kesukaanya.
read more
0 komentar

Mengetahui dan Mendeteksi Anak Stres



Anak stres, apa yang normal dan apa yang tidak? Pada tingkat tertentu, stres adalah normal dan sehat untuk anak-anak. Bahkan, secara resmi disebut “eustress”, merupakan stres yang sehat atau stres yang memberikan perasaan positif. Anak yang mengalami stres ini, sering merupakan hasil dari mencoba hal-hal baru, menjaga sebuah hubungan dan rutinitas sehari-hari.
Eustress mendorong anak-anak maju dan memberi mereka rasa kepuasan. Jadi tidak khawatir tentang eustress. Sedangkan distress perlu diperhatikan. Ini terjadi ketika seorang anak tidak mampu beradaptasi atau menjadi kewalahan dengan situasi kehidupan atau responsibilitas.
Distress biasanya memiliki implikasi negatif bagi anak-anak dan perlu ditangani lebih awal. Bahkan stres dapat mempengaruhi anak secara emosional, perilaku dan fisik.
Dikutip dari GalTime, beberapa ciri khas perilaku yang dapat mendeteksi anak stres:
  1. Peningkatan agresi
  2. Mengisolasi dari keluarga dan teman-teman
  3. Sering menangis dalam jangka waktu panjang
  4. Mendadak mengompol
  5. Perubahan kebiasaan makan dan tidur
  6. Sering tantrum
  7. Gugup atau gelisah
  8. Perut nyeri, sakit kepala atau keluhan fisik lainnya
  9. Masalah di sekolah
  10. Cemas
Ingatlah, semua anak mungkin mengalami beberapa perilaku tersebut pada titik yang berbeda, dalam perkembangan mereka. Biarkan anak-anak tahu bahwa stres itu dialami oleh semua orang dan bahwa perasaan cemas, marah dan kesepian adalah normal.
Jika perilaku ini masih tetap dan menyebabkan kecemasan yang signifikan, misalnya akibat masalah di sekolah, ada baiknya menghubungi pihak sekolah, psikolog anak atau seorang konselor profesional.
Beberapa petunjuk untuk meminimalkan anak stres dalam kehidupan mereka
  1. Jangan meremehkan waktu tidur dan pemberian gizi. Jangan kurang dari 8 jam tidur setiap malam. Kurangi gula dan kafein.
  2. Bicara, bicara, dan bicara. Atur waktu teratur mengobrol dengan anak soal teman-temannya, sekolah dan keluarga. Bahkan jika Anda tidak setuju dengan pikiran dan perasaan mereka, cukuplah menjadi pendengar. Inti utama dari obrolan adalah mengeluarkan perasaan anak yang mungkin tidak terungkapkan. Bila tidak, maka ini adalah sumber utama stres.
  3. Perbolehkan anak melakukan aktivitas fisik. Masuk dalam sebuah tim olahraga atau bersepeda dan berjalan adalah suatu keharusan untuk keberhasilan pengelolaan stres.
  4. Persiapkan anak untuk situasi stres. Misalnya, persiapkan anak untuk menanti hari masuk sekolah setelah liburan panjang dengan mengajak mereka membeli buku baru dll.
  5. Jangan berlebihan dalam memberikan anak berbagai kegiatan. Anak-anak juga membutuhkan waktu untuk bersantai, menikmati waktu bermain. Ini dapat menghindari stres anak.
  6. Ingat bahwa kita tidak bisa sepenuhnya melindungi anak dari stres. Membantu anak stres ketika mereka mengalami kesulitan adalah hadiah yang luar biasa untuk mengurangi beban mereka. .

from psikologizone
read more
0 komentar

kelamaan nonton tv pengaruhi psikologi anak






Dalam sebuah studi yang melibatkan sekitar 1.013 anak berusia di antara 10-11 tahun, ditemukan bahwa mereka yang menonton televisi, menatap layar komputer, atau kombinasinya, lebih dari 2 jam per hari akan mengalami masalah psikologi.

Masalah psikologi yang dimaksud adalah kesulitan menjalin pertemanan, sulit berempati dengan teman, dan dilaporkan merasa tidak bahagia. Penelitian dilakukan dengan mengikatkan alat pengukuraccelerometer, sebuah alat untuk mengukur aktivitas si anak setiap 10 detik selama ia terjaga selama 7 hari.

Kemudian para anak diminta untuk menceritakan seberapa lama mereka menonton televisi atua menggunakan komputer di luar waktu harus mengerjakan pekerjaan rumahnya. Mereka juga diminta menjawab pertanyaan seperti, seberapa sering mereka merasa tidak bahagia, mood berantakan, ingin menangis, atau kesepian.

Jawaban para responden ini dikombinasikan untuk memeroleh nilai keseluruhan yang mengindikasikan apakah si anak memiliki masalah signifikan.

Angie S. Page, PhD, dari University of Bristol di Inggris mengatakan bahwa tak ada hubungan antara waktu mereka bergerak atau tidak dengan kesehatan psikologi anak. Nampaknya apa yang dilakukan saat itulah yang penting. Misal, jika Anda memilih menonton televisi untuk hiburan, maka ini akan berkaitan dengan kesehatan mental yang negatif.

Dikutip dari WebMD, Page mengatkan bahwa kita tidak bisa mengandalkan aktivitas fisik untuk mengkompensasi lamanya waktu menatap layar televisi atau komputer. Menonton televisi atau bermain permainan komputer lebih dari 2 jam per hari sangat berhubungan dengan permasalahan psikologi, sulit menghormati orang lain, dan tingkat aktif anak.

Para orangtua harus mendorong anak untuk melakukan aktivitas fisik agar anaknya mengurangi waktu menonton televisi atau menatap layar komputer. Page menekankan bahwa studi tersebut memang menemukan konsekuensi pada anak yang menatap layar komputer dan televisi lebih dari dua jam, dalam hal fisik dan mental. Anak yang melakukan aktivitas fisik, secara umum dinilai memiliki kesehatan psikologi yang lebih sehat.

read more
0 komentar

Suara mama di Telepon Setara Pelukan





Tentu saja semua ibu ingin menyaksikan tiap perkembangan buah hatinya. Tapi bagaimana jika ibu harus bekerja di luar rumah? Sering-seringlah berkomunikasi dengan si kecil lewat telepon karena suara ibu setara dengan pelukan.
Bekerja dan menjadi ibu memang bukan tugas yang mudah. Namun, ada banyak cara untuk menyiasati waktu yang langka. Komunikasi lewat telepon salah satunya. Selain menjadi "obat rindu", bercakap-cakap dengan anak di telepon juga akan membuat hati anak lebih nyaman, senyaman di peluk ibu.
Penelitian menunjukkan, pelukan bisa mengurangi rasa stres, bahkan rasa sakit yang kita derita. Namun, terkadang jarak menghalangi terjadinya kontak fisik. Untuk menyiasatinya, pelukan bisa digantikan sementara oleh komunikasi di telepon, khususnya suara ibu pada anaknya. Hal itu terbukti lewat penelitian terbaru yang dilakukan ilmuwan dari Amerika.

Penelitian melibatkan 60 anak perempuan berusia 7-12 tahun yang dikondisikan berada dalam situasi stres. Mereka diminta melakukan pidato di depan orang yang tidak dikenalnya. Kemudian kadar hormon mereka dimonitor, apakah ada perubahan yang terjadi ketika mereka mendapat pelukan dari ibunya atau ketika berbicara lewat telepon. 

Anak-anak itu dibagi dalam tiga kelompok, yakni kelompok anak yang ibunya berada di sampingnya untuk memberikan rasa nyaman, baik berupa pelukan atau genggaman tangan. Kelompok kedua adalah anak yang berbicara dengan ibunya di telepon dan terakhir adalah kelompok anak yang menonton film March of the Penguin, yang bersifat netral.

Oksitoksin, hormon yang berkaitan dengan ikatan emosional dan menjadi penawar efek hormon stres, kortisol, ternyata meningkat pada anak di kelompok satu dan dua. Namun tidak demikian dengan kadar oksitoksin pada anak di kelompok tiga.

"Selama ini oksitoksin diketahui hanya keluar bila ada kontak fisik. Ternyata tidak juga, terbukti suara ibu di telepon memiliki efek setara dengan pelukan," kata Dr Leslie Seltzer, ketua peneliti, dari Universitas Wisconsin-Madison.
read more
0 komentar

Much Love, Kids Healthier





 Did you know that children are endowed with a touch of affection from her parents, especially mothers, children will grow into a happy, intelligent, and rarely sick. 's latest study shows children's experiences in childhood have long-term health effects, especially on risk inflammation, which is an immune reaction of the body when attacked by disease. "We already know that inflammation is a crucial way of an illness and now want to look for is what determines the occurrence of inflammation," says lead researcher Steven Cole, a molecular biologist from the University of California, Los Angeles, United States. To know the biological mechanism that occurs, the research team took blood samples 53 adults who were raised in environments with low socioeconomic status. Half of the respondents claimed to have a close relationship with their mother and sweet. While the remainder said the relationship is quite tenuous. In the group that has a close enough bond with the mother, was only found few genetic markers of inflammation.Genetic marker is a molecule that indicates that the gene has actively into proteins, in this case the proteins that contribute to inflammation. Inflammation will trigger various chronic diseases, such as cardiovascular disease, diabetes, depression and cancer. The literature has shown a link between the risk of disease chronic in people with lower social status. Then the results of this study strengthen the evidence, that the affection and bonding with the mother will help your child through a stressful environment. "environment was a bad influence can be suppressed even with the proper upbringing of the parents," Cole said that research results published in the journal Molecular Psychiatry. Well, now it's time for us to reconsider whether the baby enough love and attention? The warmth of the family, especially mothers, is a capital child to grow into healthy children, both physically and mentally.
read more
0 komentar

Make Dog Bites Child Trauma



Hunted dog is the most frightening experience for children. Inevitably when the dog bites, children become the trauma and stress after, or known as PTSD.Post-traumatic stress disorder or PTSD is a condition that is usually marked fear and anxiety continue to be traumatic to the particular event. Usually the panic reaction that appears more or less the same as when stressors actually occurred. PTSD can happen to anyone, including children. However, in children the impact is more worrisome because it could interfere with their normal development. For example if the child suffered traumatic events in their age level learn to read, will usually be more difficult for them to recover compared with the trauma in adults.
According to Dr. Nancy Kassam-Adams, Vice Direkturr Center for Child Traumatic Stress at The Children's Hospital of Philadelphia stated if a child is suffering from traumatic events at an early age then the child takes a long time to recover. "It could be that the new recovery occurred when he stepped up," he said.
Referring to a study published the Journal of Child Health, by Dr. Li Ji, a pediatrician at the Peking Union Medical College Hospital, Beijing and his colleagues, was an animal bite can cause trauma.
In his research, a team of experts studied 358 children aged 5-17 who come to the ER at Peking University People's Hospital and Beijing, after they were attacked by an animal. The majority bitten by a dog, and the rest bitten cats, rabbits, rats, or pigs.
The children received normal treatment, which includes the rabies vaccine, cleaning and closing wounds, and antibiotics. The respondents were also examined whether they experienced symptoms of PTSD and trauma symptoms similar when it comes to the ER, a week later and 3 months after the events.
Three months later, after rechecking, declared 19 of the 358 children diagnosed with PTSD.Children who are hospitalized due to serious bites, the group experienced the greatest risk of PTSD. This turned out to have nothing to do with age.
Although not all children who had bitten the animal will experience the same trauma, but the prevention of PTSD remains an important concern. The doctors and nurses in the ER is also recommended more aware of the potential trauma to children who are attacked by animals.
Meanwhile tips for parents so that children can overcome the trauma of an event, make sure children feel safe. Hugging, giving warmth and reassure children that everything is fine is a way to provide security for children.
read more
0 komentar

kasih ibu menentukan bagaimana sikap anak



Di usia balita, bukan hanya kebutuhan gizi saja yang wajib menjadi perhatian para orangtua. Inilah saat yang paling tepat menanamkan rasa cinta dan kasih sayang karena dampaknya akan terus terbawa hingga dewasa.
Meski bayi belum dapat membalas ucapan ayah ibunya, ia dapat menangkap rasa cinta yang disampaikan melalui tatapan, usapan, dan pelukan. Dan, ekspresi cinta yang ditangkapnya akan menjadi modal baginya untuk mengembangkan kekuatan emosional yang kelak membantunya mengatasi stres.
Karena itulah, para pakar menilai ikatan batin antara ibu dan anak menjadi kunci yang menentukan apakah seseorang akan tahan uji melewati berbagai fase kehidupan. Namun, sikap kasih sayang yang ditunjukkan secara berlebihan juga tidak disarankan karena bisa membuat anak merasa terganggu dan malu, terutama ketika anak mulai beranjak besar.
"Kasih sayang yang dicurahkan orangtua kepada anak bukan hanya mengurangi stres, tetapi juga membantu mengembangkan keterampilan sosialnya yang kelak membantunya di usia dewasa," kata Dr Joanna Maselko.
Dalam risetnya, Maselko dan timnya mengamati 500 orang di Amerika sejak mereka bayi hingga dewasa. Ketika para responden itu masih bayi, peneliti menilai respons ibu mereka terhadap emosi dan kebutuhan anak. Misalnya menilai apakah terdapat interaksi yang hangat antara keduanya.
Tiga puluh tahun kemudian, para peneliti meminta para responden yang kini sudah dewasa itu untuk mengikuti survei mengenai emosi dan perasaan. Ternyata, responden yang dilimpahi kasih sayang oleh ibunya mampu mengatasi tekanan hidup secara lebih baik. Mereka juga mampu mengatasi kecemasan dan emosi negatif.
Dr Terri Apter, psikolog dari Cambridge yang sering melakukan studi mengenai hubungan ibu dan anak, mengatakan, orangtua harus bersikap responsif terhadap kebutuhan anak. "Setiap bayi lahir tanpa tahu bagaimana mengatur emosi mereka. Mereka mempelajari emosi dari kesusahan dan juga ketenangan yang didapatnya," katanya.
Ibu yang responsif, lanjut Terri, paham apakah perhatian yang diberikannya sudah cukup atau kurang. "Ibu yang responsif bukan cuma tahu kapan harus memberi perhatian, tetapi juga kapan harus menjaga jarak," ujarnya.
read more
0 komentar

Talk to Yourself



Without us knowing it, was himself also need to talk to. As it turns out, by referring to speaking we have provided an opportunity to enrich themselves.
According to experts, the habit of talking to oneself or self-talk has been there since we learn to speak and is part of the child's learning process. And talk to yourself, not merely in the form of dialogue with the voice. For all that comes to our brains, exactly the way we talk to ourselves.

1. 
Channeling emotion: grumbling because the long wait is an example of self-talk to channel the emotions. Just make sure not to get communication with yourself this only made us more upset.
So do not be surprised if in a minute, there are 150-300 words. That means 45-51 thousand words per day, total words that we speak every day to ourselves. According to psychologist Toge Aprilianto from Surabaya, talk to yourself can be very dominant in everyone. And if we're used to talking to yourself will give you many advantages, including:
2. Aids decision-making: All of the factors that exist when we are faced with two conditions to be chosen to talk about yourself with more fair.
3. Know and accept yourself: Talk to yourself to make us more familiar with yourself. This will help us not be dragged into the average person, because we are more able to hear our conscience when entered in a new situation or environment.
4. Interacting with others: Talking to oneself would be to weigh the needs of the media itself, wondering whether anyone else could meet our needs, weigh the risks if there is then made reference to taking action.
5. Influence others with healthy: Prior belief of others, we have to convince yourself or something to be desired and planned. If we do not know what we want, how banks will believe in us? So ask lots of questions to yourself first, then convince convince others.
6. Developing self: Talk to yourself can be a medium to develop ourselves, if we use the same positive tone when we use it for channeling emotions.
read more
0 komentar

Top 10 Benefits "Positive Thinking"


                                              

reflects the attitude of someone's personality, and mind giving a big role on a person's attitudeThat is why positive thinking makes a huge difference in our lives. A good attitude begins with positive thinking. Positive thinking has an important role in the formation of each individual. The power of positive thinking is crucial in creating the kind of life you are.
A positive attitude helps you overcome problems of daily life. A positive outlook can help you to cope with stressful situations and can change your life much better. Here are some of the benefits of positive berpikit: 
1. Coping with stress: Positive thinking helps you cope with stressful situations, ignore negative thoughts, replace pessimism into optimism mind, reduce anxiety and reduce stress. When you develop a positive attitude you can control your life well.


2. Be healthier: Our thoughts directly affect the body and how they work. When There is replacing negative thoughts with calmness, confidence and peace, rather than with hatred, anxiety, and worry, then you will feel well-being. And this means you are not disturbed while sleeping, do not feel the muscle tension, anxiety, and fatigue. People who think negatively younger depressed.
3. Confidence: With positive thinking, then you are more confident and not to menciba be someone else. If you are not confident you will never mendaptkan a better life.
4. Can make the right decision: Positive thinking prevents you from choosing the wrong decision or doing something stupid that you later regret. Positive thinking makes you choose a decision quickly.
5. Increase focus: Using positive thinking helps you focus more on the face of problems. If you think negative would be a waste of time, and your energy.
6. Can manage time better: With the increasing focus and the ability to make better decisions, you will be more organized. This will help you get more time for yourself and your loved ones.
7. More successful in life: A positive attitude can not only improve your focus and better able to manage time well, but lead you to happiness and success in changing your life.
8. Having lots of friends: When positive thinking, you will attract people and when people are close to you they will feel comfortable.
9. Being brave: Fear comes from negative thoughts. Becoming a positive thinker eliminates fear.Courage comes from the fact that you stay positive you will know that whatever happens in your life, you can deal with it.
10. Happier life:  Confidence is a fact that you are happy being yourself and not try to be someone else. If you have a spirit of positive thinking, you always anticipate a happy life, peace, laughter, good health and financial success.
Tips so you always think positive:
- Be optimistic and expect good results in all situations.
- Find reasons to smile more often.
- Visualize only what you want manifested
- Involve yourself in a fun recreational activity.
- Read and inspirational quotes.
- Follow a healthy lifestyle. Exercise at least three times a week.
- Associate with people who'd always think positive.
Someone who thinks positively know how to handle a bad situation better than anyone. And remember, success happens to those who believe in themselves!
read more