0 komentar

Kemunculan Anak Indigo ke Dunia



Sebagian dari kita mengenal bahwa sebagian kecil anak terlahir sebagai indigo. Tapi, benarkah indigo itu ada dan sejak kapan fenomena ini mulai diketahui?
Anak-anak ini disebut anak-anak indigo karena mereka dianggap memiliki aura berwarna nila. Istilah anak indigo berasal dari sebuah buku oleh Nancy Ann Tappe pada tahun 1982, yaitu Understanding Your Life Through Color. Buku lain, The Indigo Children: The New Kids Have Tiba, ditulis oleh Carroll dan Tober yang terbit pad 1998 menyebutkan, diperkirakan sebesar 60% dari orang berusia 14 sampai 25 dan 97% dari anak di bawah 10 adalah “indigo”.
Selain indigo, banyak sebutan lain untuk anak dengan kemampuan lebih ini, diantaranya Star Kids(karena mereka mengaku dari dunia lain), Crystalline Children (karena beberapa orang mengatakan mereka sangat berkembang), dan sebagainya. Tidak satu pun dari klaim ini dapat bertahan sebab fenomena ini tidak dikaji dalam penelitian objektif melalui pengamatan ilmiah.
Menurut College of Metaphysical Studies, banyak dari mereka dikenal dengan bermacam sebutan seperti Indigo Children, Children of the Blue Ray, Rainbow Children, Star Children, Millennium Children, the Crystalline Children. Apapun sebutannya, dari mereka kita mendengar cerita-cerita luar biasa dan bahkan mengejutkan.
Walau demikian, Bryn Mawr College mengungkapkan bahwa salah satu karakteristik yang sangat dikenal pada anak indigo, yakni memiliki hipersensitivitas. Menurut keyakinan New Age, anak-anak ini memiliki tingkat empati yang sangat tinggi, dan secara alami tertarik pada hal-hal tentang misteri, spiritualitas, paranormal, dan okultisme.
Anak-anak ini dianggap mewakili keadaan yang lebih tinggi dalam evolusi manusia, beberapa percaya bahwa mereka memiliki kemampuan seperti paranormal. Sementara yang membedakan anak indigo dengan yang lain dari segi konvensional adalah empati yang meningkat dan kreativitas yang tinggi.
Kritik terhadap fenomena indigo cukup sederhana. Kritikus, seperti psikolog Russell Barkley, mengatakan bahwa gerakan New Age yang mengatakan gerakan munculnya indigo dalam jumlah banyak belum menghasilkan bukti empiris keberadaan anak-anak indigo. Ciri-ciri yang mereka gunakan untuk menggambarkan mereka pun hanya terlihat samar dan tidak jelas.
Kritikan lain adalah bahwa anak-anak ini selaras dengan paranormal. Mungkin, mereka mendapatkan hal ini akibat dari menonton acara televisi dengan penekanan pada sihir, keajaiban, dan ramalan. Mereka mungkin menanggapi apa yang mereka lihat dalam televisi.
Program pendidikan bagi anak indigo telah dijelaskan oleh College of Metaphysical Studies, dimulai dengan berhenti memberikan label indigo pada anak-anak tertentu. Banyak orang telah mencoba untuk memberikan label pada anak-anak dengan sebutan anak indigo dan bangga dengan ini. Padahal, pemberian label akan membuat mereka masuk ke dalam kotak yang dapat membatasi kreativitas dan kemampuan untuk mencapai potensi yang terbesar.
read more
0 komentar

perlu ga anak dikasih HP?





Saat ini, teknologi tidak lagi menjadi monopoli orang dewasa saja. Banyak anak-anak yang menggunakan iPad, Galaxy Tab, dan berbagai gadget canggih lain. Ponsel merupakan sebuah alat komunikasi yang praktis. Bisa dikatakan, saat ini, ponsel telah menjadi sebuah kebutuhan. Namun, apakah seorang anak benar-benar memerlukannya?
Salah satu alasan anak dibelikan alat komunikasi ini adalah demi lancarnya komunikasi antara anak dan orangtua. Ini terjadi apabila orangtua merupakan pekerja yang sibuk dan jarang bertemu dengan anaknya di rumah. Hal ini dapat dipahami karena dengan ritme kerja yang padat, orangtua akan sulit dan jarang bertemu si anak.
Hanya saja, perlu ada beberapa aturan yang ditekankan orangtua kala memutuskan untuk membelikan ponsel, antara lain:
  1. Orangtua perlu menekankan bahwa anak dibelikan ponsel tidak digunakan untuk bergaya, melainkan agar mudah untuk berkomunikasi dengan orangtua.
  2. Memberikan ponsel kepada anak, sama dengan memberi tanggung jawab kepada anak. Sehingga, perlu ada rasa memiliki dan menjaga pada anak.
  3. Sebaiknya, jangan memberikan anak dengan kartu pasca bayar. Selain sulit untuk mengontrol, anak akan belajar untuk mengontrol. Ada baiknya, bila pulsa anak habis, orangtua tidak segera membelikan.
  4. Kendati anak merengek untuk membeli ponsel canggih sebaiknya tidak langsung dituruti. Membekali anak, apalagi bila anak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), dengan ponsel canggih sama saja dengan mengundang tindak kriminal. Sebuah ponsel yang mudah digunakan untuk menelepon dan mengirim pesan singkat sebenarnya sudah cukup.
Yang perlu disadari, orangtua mesti mendidik bagaimana bertanggung jawab dan menghargai sesuatu. Apakah seorang anak perlu dibekali dengan ponsel atau tidak, kembali kepada masing-masing orangtua.
read more
0 komentar

Jangan Manjakan Anak dengan Uang





Sebut saja namanya Arin, dia adalah anak tunggal dari orang tua kaya raya. Dia mempunyai semuanya. Kolam renang, pakaian indah, boneka, hiasan kamar tidur dan masih banyak lagi. Sebuah hadiah terindah di acara ulang tahunnya, mungkin tidak semua anak dapat memilikinya. Jika ribuan anak menginginkan benda kesayangan, maka Ani adalah anak pertama yang memilikinya.
Di sisi lain, ada seorang anak yang memiliki orangtua yang biasa saja. Ayahnya seorang guru di sekolah menengah dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Mereka tinggal dalam sebuah rumah bersama-sama. Mereka tidak pernah mempunyai masalah apapun, walaupun mereka tidak memiliki berton-ton uang berlimpah.
Tidak penting apakah Anda punya uang atau tidak atau bagaimana Anda memutuskan berapa banyak untuk dibelanjakan pada anak-anak Anda? Ini tidak selalu tentang kemampuan, tetapi apa yang benar.
Seringkali orang tua berpikir, bahwa mereka dapat membeli cinta anak-anak mereka atau menaikkan harga diri anak dengan membelikan mereka berbagai macam barang. Pada kenyataannya, ibarat sebuah makanan, orangtua hanya memberikan makanan sampai anak kenyang, namun tidak mempertimbangkan gizi di dalamnya. Benar, harga diri tidak diperoleh melalui rasa kemampuan akan harta, dan kebanyakan adalah bentuk pelarian tanggung jawab.
Secara tidak sadar Anda telah mengajarkan pada anak-anak dengan cara yang salah. Secara tidak langsung Anda juga telah mengajarkan mereka untuk melawan dasar kejujuran, disiplin diri, dan empati.
Ketika anak Anda memiliki rasa akan nilai uang, maka Anda akan kehilangan kesempatan mengajarkan mereka arti kehidupan dewasa kelak. Mereka tidak akan tahu pentingnya berbagai macam hal, misalnya, memberi, mendapatkan, menyimpan, merencanakan, dan mengeluarkan.
Anak hanya akan menjadi seseorang yang tidak dapat melakukan berbagai hal. Merasa frustrasi dalam kesulitan, bahkan untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Bila ingin anak menjadi mandiri, independen, dan percaya akan kemampuan dirinya, maka Anda harus menyadari bahwa segala sesuatu tidak mudah di dapatkan. Biarkan anak mendapatkan apa yang mereka inginkan d dengan kemampuan mereka sendiri, bagaimana mereka menabung uang dan membeli barang kesukaanya.
read more
0 komentar

Mengetahui dan Mendeteksi Anak Stres



Anak stres, apa yang normal dan apa yang tidak? Pada tingkat tertentu, stres adalah normal dan sehat untuk anak-anak. Bahkan, secara resmi disebut “eustress”, merupakan stres yang sehat atau stres yang memberikan perasaan positif. Anak yang mengalami stres ini, sering merupakan hasil dari mencoba hal-hal baru, menjaga sebuah hubungan dan rutinitas sehari-hari.
Eustress mendorong anak-anak maju dan memberi mereka rasa kepuasan. Jadi tidak khawatir tentang eustress. Sedangkan distress perlu diperhatikan. Ini terjadi ketika seorang anak tidak mampu beradaptasi atau menjadi kewalahan dengan situasi kehidupan atau responsibilitas.
Distress biasanya memiliki implikasi negatif bagi anak-anak dan perlu ditangani lebih awal. Bahkan stres dapat mempengaruhi anak secara emosional, perilaku dan fisik.
Dikutip dari GalTime, beberapa ciri khas perilaku yang dapat mendeteksi anak stres:
  1. Peningkatan agresi
  2. Mengisolasi dari keluarga dan teman-teman
  3. Sering menangis dalam jangka waktu panjang
  4. Mendadak mengompol
  5. Perubahan kebiasaan makan dan tidur
  6. Sering tantrum
  7. Gugup atau gelisah
  8. Perut nyeri, sakit kepala atau keluhan fisik lainnya
  9. Masalah di sekolah
  10. Cemas
Ingatlah, semua anak mungkin mengalami beberapa perilaku tersebut pada titik yang berbeda, dalam perkembangan mereka. Biarkan anak-anak tahu bahwa stres itu dialami oleh semua orang dan bahwa perasaan cemas, marah dan kesepian adalah normal.
Jika perilaku ini masih tetap dan menyebabkan kecemasan yang signifikan, misalnya akibat masalah di sekolah, ada baiknya menghubungi pihak sekolah, psikolog anak atau seorang konselor profesional.
Beberapa petunjuk untuk meminimalkan anak stres dalam kehidupan mereka
  1. Jangan meremehkan waktu tidur dan pemberian gizi. Jangan kurang dari 8 jam tidur setiap malam. Kurangi gula dan kafein.
  2. Bicara, bicara, dan bicara. Atur waktu teratur mengobrol dengan anak soal teman-temannya, sekolah dan keluarga. Bahkan jika Anda tidak setuju dengan pikiran dan perasaan mereka, cukuplah menjadi pendengar. Inti utama dari obrolan adalah mengeluarkan perasaan anak yang mungkin tidak terungkapkan. Bila tidak, maka ini adalah sumber utama stres.
  3. Perbolehkan anak melakukan aktivitas fisik. Masuk dalam sebuah tim olahraga atau bersepeda dan berjalan adalah suatu keharusan untuk keberhasilan pengelolaan stres.
  4. Persiapkan anak untuk situasi stres. Misalnya, persiapkan anak untuk menanti hari masuk sekolah setelah liburan panjang dengan mengajak mereka membeli buku baru dll.
  5. Jangan berlebihan dalam memberikan anak berbagai kegiatan. Anak-anak juga membutuhkan waktu untuk bersantai, menikmati waktu bermain. Ini dapat menghindari stres anak.
  6. Ingat bahwa kita tidak bisa sepenuhnya melindungi anak dari stres. Membantu anak stres ketika mereka mengalami kesulitan adalah hadiah yang luar biasa untuk mengurangi beban mereka. .

from psikologizone
read more
0 komentar

kelamaan nonton tv pengaruhi psikologi anak






Dalam sebuah studi yang melibatkan sekitar 1.013 anak berusia di antara 10-11 tahun, ditemukan bahwa mereka yang menonton televisi, menatap layar komputer, atau kombinasinya, lebih dari 2 jam per hari akan mengalami masalah psikologi.

Masalah psikologi yang dimaksud adalah kesulitan menjalin pertemanan, sulit berempati dengan teman, dan dilaporkan merasa tidak bahagia. Penelitian dilakukan dengan mengikatkan alat pengukuraccelerometer, sebuah alat untuk mengukur aktivitas si anak setiap 10 detik selama ia terjaga selama 7 hari.

Kemudian para anak diminta untuk menceritakan seberapa lama mereka menonton televisi atua menggunakan komputer di luar waktu harus mengerjakan pekerjaan rumahnya. Mereka juga diminta menjawab pertanyaan seperti, seberapa sering mereka merasa tidak bahagia, mood berantakan, ingin menangis, atau kesepian.

Jawaban para responden ini dikombinasikan untuk memeroleh nilai keseluruhan yang mengindikasikan apakah si anak memiliki masalah signifikan.

Angie S. Page, PhD, dari University of Bristol di Inggris mengatakan bahwa tak ada hubungan antara waktu mereka bergerak atau tidak dengan kesehatan psikologi anak. Nampaknya apa yang dilakukan saat itulah yang penting. Misal, jika Anda memilih menonton televisi untuk hiburan, maka ini akan berkaitan dengan kesehatan mental yang negatif.

Dikutip dari WebMD, Page mengatkan bahwa kita tidak bisa mengandalkan aktivitas fisik untuk mengkompensasi lamanya waktu menatap layar televisi atau komputer. Menonton televisi atau bermain permainan komputer lebih dari 2 jam per hari sangat berhubungan dengan permasalahan psikologi, sulit menghormati orang lain, dan tingkat aktif anak.

Para orangtua harus mendorong anak untuk melakukan aktivitas fisik agar anaknya mengurangi waktu menonton televisi atau menatap layar komputer. Page menekankan bahwa studi tersebut memang menemukan konsekuensi pada anak yang menatap layar komputer dan televisi lebih dari dua jam, dalam hal fisik dan mental. Anak yang melakukan aktivitas fisik, secara umum dinilai memiliki kesehatan psikologi yang lebih sehat.

read more
0 komentar

Suara mama di Telepon Setara Pelukan





Tentu saja semua ibu ingin menyaksikan tiap perkembangan buah hatinya. Tapi bagaimana jika ibu harus bekerja di luar rumah? Sering-seringlah berkomunikasi dengan si kecil lewat telepon karena suara ibu setara dengan pelukan.
Bekerja dan menjadi ibu memang bukan tugas yang mudah. Namun, ada banyak cara untuk menyiasati waktu yang langka. Komunikasi lewat telepon salah satunya. Selain menjadi "obat rindu", bercakap-cakap dengan anak di telepon juga akan membuat hati anak lebih nyaman, senyaman di peluk ibu.
Penelitian menunjukkan, pelukan bisa mengurangi rasa stres, bahkan rasa sakit yang kita derita. Namun, terkadang jarak menghalangi terjadinya kontak fisik. Untuk menyiasatinya, pelukan bisa digantikan sementara oleh komunikasi di telepon, khususnya suara ibu pada anaknya. Hal itu terbukti lewat penelitian terbaru yang dilakukan ilmuwan dari Amerika.

Penelitian melibatkan 60 anak perempuan berusia 7-12 tahun yang dikondisikan berada dalam situasi stres. Mereka diminta melakukan pidato di depan orang yang tidak dikenalnya. Kemudian kadar hormon mereka dimonitor, apakah ada perubahan yang terjadi ketika mereka mendapat pelukan dari ibunya atau ketika berbicara lewat telepon. 

Anak-anak itu dibagi dalam tiga kelompok, yakni kelompok anak yang ibunya berada di sampingnya untuk memberikan rasa nyaman, baik berupa pelukan atau genggaman tangan. Kelompok kedua adalah anak yang berbicara dengan ibunya di telepon dan terakhir adalah kelompok anak yang menonton film March of the Penguin, yang bersifat netral.

Oksitoksin, hormon yang berkaitan dengan ikatan emosional dan menjadi penawar efek hormon stres, kortisol, ternyata meningkat pada anak di kelompok satu dan dua. Namun tidak demikian dengan kadar oksitoksin pada anak di kelompok tiga.

"Selama ini oksitoksin diketahui hanya keluar bila ada kontak fisik. Ternyata tidak juga, terbukti suara ibu di telepon memiliki efek setara dengan pelukan," kata Dr Leslie Seltzer, ketua peneliti, dari Universitas Wisconsin-Madison.
read more
0 komentar

Much Love, Kids Healthier





 Did you know that children are endowed with a touch of affection from her parents, especially mothers, children will grow into a happy, intelligent, and rarely sick. 's latest study shows children's experiences in childhood have long-term health effects, especially on risk inflammation, which is an immune reaction of the body when attacked by disease. "We already know that inflammation is a crucial way of an illness and now want to look for is what determines the occurrence of inflammation," says lead researcher Steven Cole, a molecular biologist from the University of California, Los Angeles, United States. To know the biological mechanism that occurs, the research team took blood samples 53 adults who were raised in environments with low socioeconomic status. Half of the respondents claimed to have a close relationship with their mother and sweet. While the remainder said the relationship is quite tenuous. In the group that has a close enough bond with the mother, was only found few genetic markers of inflammation.Genetic marker is a molecule that indicates that the gene has actively into proteins, in this case the proteins that contribute to inflammation. Inflammation will trigger various chronic diseases, such as cardiovascular disease, diabetes, depression and cancer. The literature has shown a link between the risk of disease chronic in people with lower social status. Then the results of this study strengthen the evidence, that the affection and bonding with the mother will help your child through a stressful environment. "environment was a bad influence can be suppressed even with the proper upbringing of the parents," Cole said that research results published in the journal Molecular Psychiatry. Well, now it's time for us to reconsider whether the baby enough love and attention? The warmth of the family, especially mothers, is a capital child to grow into healthy children, both physically and mentally.
read more